9 Bait Terakhir Ramalan Jayabaya

Posted on

Ramalan Jayabaya adalah salah satu ramalan yang terkenal di Indonesia. Ramalan ini dianggap memiliki keakuratan yang tinggi dan banyak dipercayai oleh masyarakat. Ramalan Jayabaya terdiri dari banyak bait yang masing-masing memiliki makna dan tafsirannya sendiri-sendiri. Namun, pada kesempatan kali ini, kita akan membahas 9 bait terakhir ramalan Jayabaya. Apa makna dari 9 bait terakhir ini? Yuk, simak pembahasan selengkapnya!

Bait 1: “Kalimah kudus iku asring padha ayun-ayunan”

Bait ini memiliki makna bahwa kebenaran selalu ada di antara yang benar dan yang salah. Keberadaan kebenaran ini seperti ayunan yang terus bergerak, kadang naik, kadang turun. Namun, keberadaannya tetap ada dan tidak pernah hilang.

Bait 2: “Wus campuh tangan, andhap asor, saka andhap asor, andhap asor, andhap asor”

Bait ini memiliki makna bahwa manusia sudah terlalu sibuk dengan urusan duniawi sehingga melupakan urusan spiritual. Mereka terus mengejar kekayaan dan kenikmatan dunia tanpa memikirkan apa yang sebenarnya terjadi di sekitar mereka.

Bait 3: “Kabeh kang pralambang iki, nanging kabeh kang pralambang ora iki”

Bait ini memiliki makna bahwa semua hal yang terjadi di dunia ini sudah diramalkan sebelumnya. Namun, bukan berarti manusia tidak memiliki kebebasan untuk memilih dan bertindak. Manusia bisa memilih untuk mengikuti ramalan atau bisa juga memilih untuk tidak mengikuti dan melakukan tindakan yang berbeda.

Bait 4: “Maksud kang tumandhang, ora biso padha lan rukun, amarga tumandhang iku, sing becik kudu kena krama”

Bait ini memiliki makna bahwa tujuan yang baik harus disertai dengan cara yang baik pula. Jangan hanya fokus pada hasil akhirnya saja tanpa memikirkan cara yang digunakan untuk mencapainya. Cara yang digunakan haruslah sesuai dengan norma dan kaidah yang ada.

Bait 5: “Dheweke mring ngidul, dheweke mring kulon, dheweke mring wetan, dheweke mring lor”

Bait ini memiliki makna bahwa keberadaan Tuhan selalu ada di mana-mana. Dia ada di timur, barat, selatan, dan utara. Tidak ada tempat yang tidak dijangkau oleh-Nya.

Bait 6: “Punika sira kang ngendika, yekti kena krama, amarga kena krama, yekti tumandang”

Bait ini memiliki makna bahwa perkataan yang keluar dari mulut kita haruslah dipertimbangkan dengan baik. Kita harus memikirkan efek dari kata-kata kita terhadap orang lain dan masyarakat sekitar. Kita harus berbicara dengan sopan dan santun.

Bait 7: “Kang tumandhang lan kang pralambang, saklawase kabeh mung kang Maha Esa”

Bait ini memiliki makna bahwa segala sesuatu yang terjadi di dunia ini berasal dari Tuhan. Semua ramalan dan tujuan akhir hanya bisa dicapai dengan bantuan dan izin-Nya. Oleh karena itu, kita harus selalu berserah diri dan memohon pertolongan-Nya dalam segala urusan kita.

Bait 8: “Saklawase iku sajroning urip, saklawase iku sajroning pati, yen iku kabeh pangrasa, ora ana kang ngerti wus iku”

Bait ini memiliki makna bahwa kehidupan manusia di dunia ini adalah sementara. Semua yang ada di dunia ini, baik suka maupun duka, hanya sementara. Kita semua akan kembali ke-Nya suatu saat nanti.

Bait 9: “Mangkene tumandhang iki, mangkene pralambang iki, tumandhang iki nandhang, pralambang iki nandhang, mula iku siji”

Bait ini memiliki makna bahwa ramalan dan kebenaran selalu bersama-sama. Keduanya saling melengkapi dan tidak bisa dipisahkan. Kita harus memahami bahwa kebenaran hanya bisa dicapai dengan membaca dan memahami ramalan yang ada.

Kesimpulan

Itulah 9 bait terakhir ramalan Jayabaya beserta makna dan tafsirannya. Ramalan Jayabaya memang memiliki keakuratan yang tinggi dan banyak dipercayai oleh masyarakat. Namun, kita harus selalu ingat bahwa kebenaran hanya bisa dicapai dengan bantuan-Nya dan kita harus selalu berserah diri kepada Tuhan dalam segala urusan kita. Semoga artikel ini bermanfaat untuk Anda dan bisa menjadi sumber informasi yang baik.

Artikel Terkait:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *