Jawa Timur memiliki banyak cerita tentang peradaban yang kaya dan legendaris, salah satunya adalah Kerajaan Kediri. Kerajaan ini berdiri pada abad ke-11 dan menjadi salah satu kerajaan terbesar di Indonesia pada masa itu. Selain memiliki sistem pemerintahan yang kuat, Kerajaan Kediri juga terkenal dengan kebudayaan dan agamanya yang majemuk.
Sejarah Berdirinya Kerajaan Kediri
Kerajaan Kediri didirikan oleh Raja Jayabhaya pada tahun 1042 Masehi. Ia memerintah di daerah Jawa Timur yang saat itu dikenal sebagai wilayah Hujung Galuh. Selama masa pemerintahannya, Kerajaan Kediri menjadi pusat perdagangan dan pusat kebudayaan di Jawa Timur.
Raja Jayabhaya dikenal sebagai sosok yang sangat bijaksana dan adil dalam memerintah. Ia juga memperkenalkan agama Buddha ke dalam kerajaannya, sehingga menjadi agama resmi Kerajaan Kediri. Namun, selain agama Buddha, Kerajaan Kediri juga menganut agama Hindu dan animisme.
Perkembangan Agama di Kerajaan Kediri
Selama berdirinya, Kerajaan Kediri menjadi tempat berkembangnya agama-agama yang berbeda. Agama Buddha menjadi agama resmi Kerajaan Kediri pada masa pemerintahan Raja Jayabhaya, namun agama Hindu juga tetap dianut oleh sebagian besar masyarakat di Kerajaan Kediri. Bahkan, pada masa pemerintahan Raja Kameswara, agama Hindu menjadi agama resmi baru Kerajaan Kediri.
Selain agama Buddha dan Hindu, Kerajaan Kediri juga menganut kepercayaan animisme. Hal ini terlihat dari adanya upacara-upacara yang dilakukan oleh masyarakat Kerajaan Kediri untuk menghormati roh leluhur dan dewa-dewa.
Bangunan-bangunan Bersejarah di Kerajaan Kediri
Kerajaan Kediri memiliki banyak bangunan bersejarah yang menjadi bukti kejayaan peradaban Jawa Timur pada masa itu. Beberapa bangunan tersebut antara lain:
– Candi Penataran: merupakan candi Hindu terbesar di Jawa Timur yang dibangun pada abad ke-12.
– Candi Sukuh: merupakan candi Hindu yang terletak di lereng Gunung Lawu dan menjadi salah satu destinasi wisata sejarah yang populer di Jawa Timur.
– Candi Jawi: merupakan candi Budha yang terletak di Kediri dan menjadi salah satu situs peninggalan Kerajaan Kediri yang masih terawat dengan baik.
Peran Agama dalam Kehidupan Masyarakat Kerajaan Kediri
Agama memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat Kerajaan Kediri. Agama menjadi landasan moral dan etika yang mengatur perilaku masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, agama juga menjadi sarana untuk mempererat hubungan antara raja dan rakyat.
Dalam agama Buddha, masyarakat diajarkan untuk hidup sederhana, berbuat baik, dan menghormati sesama. Sementara dalam agama Hindu, masyarakat diajarkan untuk memuja dewa-dewa dan menghormati leluhur. Agama juga menjadi sarana untuk mempererat hubungan antara raja dan rakyat, karena raja dianggap sebagai wakil dewa di bumi dan memiliki kewajiban untuk melindungi rakyatnya.
Peninggalan Budaya dan Agama Kerajaan Kediri
Peninggalan budaya dan agama Kerajaan Kediri masih dapat dilihat hingga saat ini. Salah satu peninggalan budaya yang terkenal adalah tarian Reog, yang berasal dari Kabupaten Ponorogo. Tarian ini dianggap sebagai simbol kekuatan dan keberanian masyarakat Jawa Timur, dan menjadi warisan budaya yang sangat berharga bagi bangsa Indonesia.
Selain itu, peninggalan agama Kerajaan Kediri juga dapat dilihat dari adanya kuil-kuil Hindu dan Budha yang tersebar di Jawa Timur. Kuil-kuil tersebut menjadi tempat ziarah bagi umat Hindu dan Buddha, serta menjadi destinasi wisata sejarah yang populer di Jawa Timur.
Kesimpulan
Agama Kerajaan Kediri merupakan agama yang majemuk dan menjadi landasan moral dan etika dalam kehidupan masyarakatnya. Agama Buddha dan Hindu menjadi agama resmi Kerajaan Kediri, namun masyarakat juga masih menganut kepercayaan animisme. Peninggalan budaya dan agama Kerajaan Kediri masih dapat dilihat hingga saat ini, dan menjadi warisan budaya yang sangat berharga bagi bangsa Indonesia.