Sejak zaman dahulu, sastra telah menjadi media ekspresi manusia untuk mengekspresikan perasaan, pikiran, dan pandangan hidup. Salah satu aliran sastra yang populer adalah eksistensialisme, yang menekankan pada kebebasan individu dalam menentukan makna hidup.
Pengertian Eksistensialisme
Eksistensialisme adalah aliran filsafat yang menekankan pada kebebasan individu dalam menentukan makna hidup. Aliran ini pertama kali diperkenalkan oleh Jean-Paul Sartre, seorang filsuf asal Prancis yang juga dikenal sebagai penulis dan aktivis.
Sartre menganggap bahwa manusia dilahirkan tanpa tujuan atau makna yang jelas, dan hanya melalui pengalaman hidup dan refleksi diri manusia dapat menentukan makna hidupnya sendiri. Dalam pandangan Sartre, kebebasan individu adalah hal yang paling penting dalam hidup, dan manusia harus bertanggung jawab atas tindakan dan pilihan yang diambilnya.
Eksistensialisme dalam Sastra
Eksistensialisme juga menjadi aliran sastra yang populer pada abad ke-20. Sastra eksistensialisme menekankan pada kebebasan individu dalam menentukan makna hidup dan seringkali menghadirkan tokoh-tokoh yang terjebak dalam kondisi eksistensial yang sulit.
Beberapa contoh karya sastra eksistensialisme yang terkenal antara lain “The Stranger” karya Albert Camus, “Nausea” karya Jean-Paul Sartre, dan “No Exit” karya Sartre.
Eksistensialisme dalam Karya Sastra Indonesia
Meskipun eksistensialisme berasal dari Eropa, aliran ini juga memiliki pengaruh yang cukup besar dalam sastra Indonesia. Beberapa penulis Indonesia yang terkenal dengan karya-karya eksistensialismenya antara lain Pramoedya Ananta Toer, Sitor Situmorang, dan Nh. Dini.
Dalam karya-karya mereka, penulis Indonesia seringkali menghadirkan tokoh-tokoh yang terjebak dalam kondisi eksistensial yang sulit, seperti kehampaan, ketidakpastian, dan kebingungan akan makna hidup. Namun, mereka juga menekankan pada pentingnya kebebasan individu dalam menentukan makna hidupnya sendiri.
Contoh Karya Sastra Eksistensialisme dalam Sastra Indonesia
Salah satu contoh karya sastra eksistensialisme dalam sastra Indonesia adalah “Bumi Manusia” karya Pramoedya Ananta Toer. Dalam novel ini, Pramoedya menghadirkan tokoh Minke, seorang pemuda pribumi yang memiliki mimpi untuk menjadi penulis terkenal.
Namun, Minke harus menghadapi berbagai hambatan dan rintangan dalam perjuangannya, seperti diskriminasi rasial dan tekanan sosial. Dalam novel ini, Pramoedya menekankan pada pentingnya kebebasan individu dalam menentukan takdirnya sendiri, meskipun terkadang harus menghadapi hambatan dan rintangan yang sulit.
Kesimpulan
Eksistensialisme Sartre dalam sastra merupakan salah satu aliran sastra yang populer pada abad ke-20. Aliran ini menekankan pada kebebasan individu dalam menentukan makna hidup dan seringkali menghadirkan tokoh-tokoh yang terjebak dalam kondisi eksistensial yang sulit.
Di Indonesia, eksistensialisme juga memiliki pengaruh yang cukup besar dalam sastra, dan beberapa penulis Indonesia terkenal dengan karya-karya eksistensialismenya. Dalam karya-karya mereka, penulis Indonesia menekankan pada pentingnya kebebasan individu dalam menentukan takdirnya sendiri.
Dalam era modern yang serba kompleks ini, pemahaman eksistensialisme melalui karya sastra dapat membantu manusia untuk menggali makna hidupnya dan menemukan kebebasan dalam menentukan takdirnya sendiri.