Pada tahun 1955, Nicolay Bulganin diangkat menjadi Perdana Menteri Soviet. Namun, pada tahun 1958, ia digantikan oleh Nikita Khrushchev. Pergantian kepemimpinan ini terjadi dalam suasana politik yang cukup panas. Pasalnya, Khrushchev memiliki kebijakan yang berbeda dengan Bulganin.
Penunjukan Khrushchev sebagai Perdana Menteri
Khrushchev sebelumnya sudah menjabat sebagai Sekretaris Jenderal Partai Komunis Uni Soviet (PKUS) sejak tahun 1953. Ia juga berhasil mengalahkan para pesaingnya dalam persaingan kekuasaan di dalam PKUS. Hal ini membuatnya semakin kuat dalam memimpin Uni Soviet.
Pada saat Bulganin menjabat sebagai Perdana Menteri, hubungannya dengan Khrushchev cukup baik. Namun, pada tahun 1957, Khrushchev mengkritik kebijakan Bulganin yang dinilai terlalu lambat dan tidak agresif.
Pada saat itu, Uni Soviet sedang dalam persaingan sengit dengan Amerika Serikat dalam berbagai bidang, termasuk dalam hal perlombaan senjata nuklir. Khrushchev merasa bahwa Uni Soviet harus lebih agresif dalam menghadapi Amerika Serikat.
Keinginan Khrushchev untuk mengganti Bulganin sebagai Perdana Menteri semakin kuat. Ia merasa bahwa dengan menjadi Perdana Menteri, ia akan lebih mudah mengimplementasikan kebijakannya.
Perbedaan Kebijakan dengan Bulganin
Khrushchev memiliki kebijakan yang berbeda dengan Bulganin. Ia lebih condong ke arah reformasi dan modernisasi. Khrushchev ingin mengurangi birokrasi dan meningkatkan efisiensi pemerintahan.
Selain itu, Khrushchev juga ingin mengurangi pengaruh elit militer dan intelijen di dalam pemerintahan. Ia lebih memilih untuk mengandalkan rakyat sebagai kekuatan utama dalam menjalankan pemerintahan.
Bulganin, di sisi lain, lebih konservatif dan kurang berani mengambil risiko. Ia cenderung mempertahankan status quo dan tidak ingin mengubah apa yang sudah ada.
Langkah Pertama Khrushchev sebagai Perdana Menteri
Setelah dilantik sebagai Perdana Menteri, Khrushchev segera mengambil beberapa langkah penting. Ia mengeluarkan kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan produksi pangan dan mengurangi birokrasi.
Khrushchev juga menghapus beberapa kebijakan yang dianggap tidak efektif, seperti kebijakan kolektivisasi dan pengumpulan hasil bumi. Ia juga membuka kembali beberapa industri yang sebelumnya ditutup oleh pemerintah.
Selain itu, Khrushchev juga mengurangi pengaruh elit militer dan intelijen di dalam pemerintahan. Ia memilih untuk mengandalkan rakyat sebagai kekuatan utama dalam menjalankan pemerintahan.
Reformasi Pertanian
Salah satu kebijakan penting yang diambil oleh Khrushchev adalah reformasi pertanian. Ia menghapus kebijakan kolektivisasi dan pengumpulan hasil bumi yang dianggap tidak efektif.
Sebagai gantinya, Khrushchev memperkenalkan kebijakan “tanah negara”. Kebijakan ini memungkinkan petani untuk memiliki lahan pertanian sendiri dan mengatur produksi mereka sendiri.
Reformasi pertanian ini berhasil meningkatkan produksi pangan dan mengurangi ketergantungan Uni Soviet pada impor bahan makanan.
Kebijakan Luar Negeri
Khrushchev juga memiliki kebijakan yang berbeda dengan Bulganin dalam hal hubungan luar negeri. Ia lebih cenderung untuk melakukan diplomasi yang lebih aktif dan agresif.
Pada tahun 1959, Khrushchev melakukan kunjungan ke Amerika Serikat. Kunjungan ini bertujuan untuk meningkatkan hubungan antara Uni Soviet dan Amerika Serikat.
Selain itu, Khrushchev juga memiliki kebijakan yang agresif dalam hal perlombaan senjata nuklir. Ia ingin Uni Soviet menjadi negara yang memimpin dalam hal pembangunan senjata nuklir.
Kontroversi Khrushchev
Di sisi lain, Khrushchev juga sering menjadi kontroversi dalam kebijakannya. Salah satu contohnya adalah kebijakan yang diambilnya terhadap negara-negara Eropa Timur yang menjadi sekutu Uni Soviet.
Khrushchev merasa bahwa negara-negara Eropa Timur harus lebih mandiri dan tidak terlalu bergantung pada Uni Soviet. Ia juga ingin memperbaiki hubungan dengan negara-negara Barat.
Namun, kebijakan ini justru memicu ketegangan antara Uni Soviet dan negara-negara Eropa Timur. Beberapa negara Eropa Timur merasa bahwa Uni Soviet tidak lagi memandang mereka sebagai sekutu yang setara.
Penggulingan Khrushchev
Pada tahun 1964, Khrushchev dijatuhkan dari kekuasaan oleh para pemimpin PKUS. Ia digantikan oleh Leonid Brezhnev.
Penggulingan Khrushchev terjadi setelah ia melakukan beberapa kebijakan yang dianggap kontroversial. Salah satu kebijakan yang kontroversial adalah penghapusan monumen Stalin di Uni Soviet.
Para pemimpin PKUS merasa bahwa Khrushchev telah mengambil kebijakan yang di luar batas-batas yang dianggap wajar. Mereka khawatir bahwa kebijakan yang diambilnya akan merusak stabilitas Uni Soviet.
Kesimpulan
Khrushchev menjadi Perdana Menteri Soviet menggantikan Nicolay Bulganin pada tahun 1958. Pergantian kepemimpinan ini terjadi dalam suasana politik yang cukup panas.
Khrushchev memiliki kebijakan yang berbeda dengan Bulganin. Ia lebih condong ke arah reformasi dan modernisasi. Khrushchev ingin mengurangi birokrasi dan meningkatkan efisiensi pemerintahan.
Salah satu kebijakan penting yang diambil oleh Khrushchev adalah reformasi pertanian. Ia menghapus kebijakan kolektivisasi dan pengumpulan hasil bumi yang dianggap tidak efektif.
Khrushchev juga memiliki kebijakan yang agresif dalam hal perlombaan senjata nuklir. Ia ingin Uni Soviet menjadi negara yang memimpin dalam hal pembangunan senjata nuklir.
Namun, kebijakan yang diambil Khrushchev juga sering menjadi kontroversi. Penggulingan Khrushchev terjadi setelah ia melakukan beberapa kebijakan yang dianggap kontroversial.