Sejarah Pabrik Gula Djatiroto: Salah Satu Peninggalan Kolonial di Kabupaten Lumajang

Posted on

Pabrik Gula Djatiroto adalah salah satu peninggalan kolonial yang terletak di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur. Pabrik ini didirikan pada tahun 1848 oleh pemerintah kolonial Belanda dan menjadi salah satu pabrik gula terbesar di Indonesia pada masanya. Seiring berjalannya waktu, pabrik ini mengalami berbagai perubahan hingga akhirnya ditutup pada tahun 1987.

Sejarah Awal Pabrik Gula Djatiroto

Pabrik Gula Djatiroto didirikan oleh pemerintah kolonial Belanda pada tahun 1848. Pabrik ini dibangun di atas lahan seluas 1.200 hektar dan memiliki luas bangunan sekitar 400.000 meter persegi. Pabrik ini dibangun untuk memenuhi kebutuhan gula di Eropa dan untuk memperkaya pemerintah kolonial Belanda.

Pada awalnya, Pabrik Gula Djatiroto hanya menggunakan tenaga kerja lokal. Namun, seiring berkembangnya pabrik ini, pemerintah kolonial Belanda membawa pekerja dari India dan Cina untuk bekerja di pabrik ini. Mereka diperlakukan tidak adil dan mengalami berbagai penindasan dari pemerintah kolonial Belanda.

Pengembangan Pabrik Gula Djatiroto

Pabrik Gula Djatiroto terus berkembang hingga akhirnya menjadi salah satu pabrik gula terbesar di Indonesia pada masanya. Pabrik ini memproduksi gula kristal, gula butir, dan gula cair dengan menggunakan teknologi yang modern pada masanya.

Selain memproduksi gula, Pabrik Gula Djatiroto juga memiliki kebun tebu yang luas. Kebun tebu ini dikelola dengan baik dan menggunakan teknologi yang modern pada masanya untuk meningkatkan produksi tebu.

Pencapaian Pabrik Gula Djatiroto

Pabrik Gula Djatiroto berhasil memproduksi gula dalam jumlah yang sangat besar pada masanya. Pada tahun 1930, pabrik ini berhasil memproduksi sekitar 34.000 ton gula kristal dan 22.000 ton gula butir. Pada tahun 1960, pabrik ini berhasil memproduksi sekitar 70.000 ton gula kristal dan 30.000 ton gula butir.

Tak hanya itu, Pabrik Gula Djatiroto juga berhasil memenangkan berbagai penghargaan internasional. Pada tahun 1933, pabrik ini berhasil memenangkan penghargaan Grand Prix di Paris atas kualitas gula kristal yang diproduksinya.

Perubahan Pabrik Gula Djatiroto

Pada tahun 1950-an, Pabrik Gula Djatiroto mengalami berbagai perubahan. Pemerintah Indonesia mengambil alih pabrik ini dan mengubah nama pabrik ini menjadi Pabrik Gula Merah Djatiroto. Selain itu, pemerintah Indonesia juga melakukan modernisasi pada pabrik ini dengan mengganti teknologi yang sudah tua dengan teknologi yang lebih modern.

Namun, pada tahun 1987, Pabrik Gula Djatiroto ditutup karena banyaknya pabrik gula yang sudah lebih modern di Indonesia. Meskipun sudah ditutup, Pabrik Gula Djatiroto tetap menjadi salah satu peninggalan kolonial yang penting di Kabupaten Lumajang.

Keunikan Pabrik Gula Djatiroto

Pabrik Gula Djatiroto memiliki keunikan tersendiri. Pabrik ini memiliki bangunan yang masih terlihat kokoh dan megah hingga saat ini. Selain itu, di sekitar pabrik ini terdapat kebun tebu yang masih terlihat hijau dan subur.

Pabrik Gula Djatiroto juga memiliki museum yang berisi berbagai koleksi yang berkaitan dengan sejarah pabrik ini. Di museum ini, pengunjung dapat melihat bagaimana proses produksi gula dilakukan pada masa kolonial Belanda dan bagaimana kehidupan pekerja di pabrik ini.

Pemanfaatan Pabrik Gula Djatiroto

Setelah ditutup pada tahun 1987, Pabrik Gula Djatiroto sempat dibiarkan terbengkalai. Namun, pada tahun 2006, pemerintah Kabupaten Lumajang mulai memperbaiki bangunan pabrik ini dan mengubahnya menjadi objek wisata sejarah yang dapat dikunjungi oleh wisatawan.

Saat ini, Pabrik Gula Djatiroto telah menjadi salah satu objek wisata sejarah yang terkenal di Kabupaten Lumajang. Wisatawan dapat mengunjungi museum, melihat kebun tebu, dan berfoto di sekitar pabrik yang masih terlihat megah dan kokoh hingga saat ini.

Kesimpulan

Pabrik Gula Djatiroto adalah salah satu peninggalan kolonial yang penting di Kabupaten Lumajang. Pabrik ini didirikan pada tahun 1848 oleh pemerintah kolonial Belanda dan menjadi salah satu pabrik gula terbesar di Indonesia pada masanya. Meskipun sudah ditutup pada tahun 1987, Pabrik Gula Djatiroto tetap menjadi objek wisata sejarah yang terkenal di Kabupaten Lumajang.

Artikel Terkait:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *