Sejarah Penemuan DDT oleh Paul Hermann

Posted on

DDT atau Dichloro-Diphenyl-Trichloroethane adalah senyawa kimia yang pertama kali disintesis pada tahun 1874 oleh seorang ahli kimia bernama Othmar Zeidler. Namun, penggunaan DDT sebagai insektisida baru ditemukan pada tahun 1939 oleh seorang ilmuwan Swiss bernama Paul Hermann Müller.

Paul Hermann Müller

Paul Hermann Müller lahir pada tanggal 12 Januari 1899 di desa Olten, Swiss. Dia adalah anak dari seorang petani yang memiliki kebun buah-buahan. Sejak kecil, Müller telah menunjukkan minat yang besar terhadap alam dan tumbuhan. Oleh karena itu, dia memutuskan untuk menempuh pendidikan di bidang agronomi di ETH Zurich.

Setelah lulus dari ETH Zurich pada tahun 1925, Müller bekerja sebagai ahli agronomi di Swiss. Pada tahun 1929, dia menjadi kepala laboratorium di perusahaan kimia bernama J.R. Geigy AG di Basel, Swiss. Di sana, dia mulai meneliti tentang insektisida untuk mengatasi serangan hama pada tanaman.

Penemuan DDT

Pada tahun 1939, Müller menemukan bahwa senyawa kimia bernama DDT dapat membunuh nyamuk yang menyebarkan penyakit malaria. Penemuan ini sangat penting karena pada saat itu, malaria merupakan salah satu penyakit yang paling mematikan di dunia.

Müller melakukan uji coba DDT pada nyamuk di laboratorium. Hasilnya, DDT terbukti sangat efektif membunuh nyamuk dalam waktu singkat. Selain itu, DDT juga memiliki daya tahan yang lama dan tidak beracun bagi manusia.

Setelah berhasil uji coba di laboratorium, Müller melakukan uji coba DDT di lapangan. Dia menggunakannya untuk mengendalikan populasi nyamuk di daerah berpenyakit malaria di Swiss dan Italia. Hasilnya sangat menggembirakan, populasi nyamuk menurun drastis dan jumlah kasus malaria juga menurun.

Penghargaan Nobel

Penemuan DDT oleh Paul Hermann Müller mendapat pengakuan dunia internasional. Pada tahun 1948, dia dianugerahi Penghargaan Nobel dalam bidang Fisiologi atau Kedokteran atas kontribusinya dalam penemuan senyawa kimia yang efektif mengendalikan serangan hama.

Dampak Penggunaan DDT

Penggunaan DDT sebagai insektisida sangat sukses dalam mengendalikan serangan hama pada tanaman dan mencegah penyebaran penyakit malaria. Namun, penggunaan DDT juga memiliki dampak negatif bagi lingkungan dan kesehatan manusia.

DDT dapat mencemari air dan udara, sehingga dapat membahayakan kehidupan hewan dan tumbuhan. Selain itu, DDT juga dapat terakumulasi dalam jaringan tubuh manusia dan hewan, sehingga dapat menyebabkan kerusakan pada organ tubuh.

Pembatasan Penggunaan DDT

Seiring dengan peningkatan kesadaran tentang dampak negatif penggunaan DDT, banyak negara mulai membatasi penggunaannya. Pada tahun 1972, Amerika Serikat melarang penggunaan DDT kecuali untuk keperluan khusus seperti pengendalian serangan hama pada tanaman pertanian.

Beberapa negara lain juga mengikuti langkah Amerika Serikat dalam membatasi penggunaan DDT. Namun, sampai saat ini, DDT masih digunakan di beberapa negara untuk mengendalikan serangan hama dan penyakit.

Kesimpulan

Penemuan DDT oleh Paul Hermann Müller merupakan tonggak penting dalam sejarah pengendalian serangan hama dan penyakit. Namun, penggunaan DDT juga memiliki dampak negatif bagi lingkungan dan kesehatan manusia. Oleh karena itu, penggunaan DDT perlu dibatasi dan diganti dengan alternatif yang lebih ramah lingkungan dan manusia.

Artikel Terkait:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *